LEO Self Development Class #2
Acara ini dilandasi akan visi misi LEO Club Jakarta Kota untuk mengembangkan kemampuan anggota-anggotanya, dan lebih dari itu berbagi kesempatan itu kepada pemuda pemuda lainnya. Oleh karena itu, kelas kelas diadakan dengan menghadirkan narasumber yang inspiratif dan expert pada bidangnya. Self Development Class (akan disebut SDC) pertama kali diadakan bersamaan dengan pelantikan anggota baru LEO CLUB Jakarta Kota. Melihat manfaat yang didapatkan oleh anggota, kami mendesain SDC yang kedua dengan skala yang lebih luas, tidak hanya diikuti oleh anggota tapi juga terbuka untuk umum, khususnya pemuda.
Mengusung tema “Self-Branding“, LEO Self Development Class kedua ini diadakan pada hari Minggu, 25 Februari 2018 di Neo Mangga Dua Hotel, Jakarta Utara. Dewasa ini dunia menjadi semakin kompetitif, oleh karena itu pemuda harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki pasar kerja dengan membuat brand/image dirinya sendiri. Karena itu, LEO ClubJakarta mengundang Bapak Ari Juliano Gema, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif RI dan Claudia Setyohadi, Social Media Influencer dan Beauty Blogger.
Setelah dibuka oleh Leo Diannisa Putri Intan, selaku President LEO Club Jakarta Kota dan Leo Salsabila Siliwangi Surtiwa, selaku Head Commitee, pembicara pertama memberi paparan mengenai Self-Development. Claudia Setyohadi memaparkan bahwa Self-development adalah suatu proses yang terjadi selama hidup, selalu berjalan dan tidak selalu terpatok pada jenjang pendidikan. Usaha untuk mencapai potensial paling prima memang adalah salah satu bentuk kebutuhan dasar manusia, menurut Moslow. Tapi hal itu tidak dapat dicapai secara instan. Claudia melanjutkan dengan memberikan beberapa tips mengenai bagaimana cara kita memenejemen perkembangan kita.
“Set goals.”, kata Claudia dengan mantab. Mengetahui tujuan kita akan sangat membantu dalam mengembangkan diri kita, ketauhi secara pasti alasan dari tujuan itu dan tahu kapan tujuan itu harus tercapai. Jangka waktu sangatlah penting untuk memonitor posisi diri kita pada tujuan yang akan kita capai dengan target proses perkembangan diri kita. Ketika kita sudah merencanakan, kemudian haruslah kita menentukan cara cara untuk membuat tujuan itu menjadi kenyataan. Salah satunya dengan mengakui pada diri kita sendiri bahwa kita memiliki kelemahan yang harus kita hadapi, dan tetap fokus bekerja keras. Kemudian, tentukanlah standart-standart, baik itu standar untuk sekarang dan standar yang harus diraih. Standar tersebut tidak harus akademis, tapi juga dapat berupa softskill. Ini akan sangat membantu untuk menggali lebih dalam versi yang lebih baik dari tiap tiap individu.
Tentukan skala prioritas dari tiap-tiap area, dari yang dibutuhkan hingga yang penting dilakukan. Saingan di bursa pekerjaan semakin ketat menjadi semakin penting bagi kita untuk menemukan kekhasan yang kita miliki. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan demi menunjang perkembangan diri kita. Misalnya untuk mendapat nilai yang lebih baik dalam ujian, dapat saja kita membentuk kelas belajar atau hal hal kecil lainnya.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Bapak Ari Juliano Gema. Beliau menyampaikan materi “Self-Branding” sambil bernostalgia mengenai perjalanan beliau, yang merupakan siswa yang introvert, menjadi salah satu Top Mind of Hukum Kekayaan Intelektual. Kehidupan Sekolah Menengah mengubah gaya hidupnya. Pada awalnya, beliau adalah siswa yang lebih suka diam. Titik balik tersebut diawali dengan kewajiban siswa di Sekolah Menengah Atas Taruna Nusantara untuk aktif pada kegiatan setelah kelas selesai. “Bayangkan, siswa introverted mengambil ektrakulikuler menari!”, ungkapnya sambil memperlihatkan foto yang sudah mulai pudar.
Beliau mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi dirinya sebebas bebasnya pada jenjang perguruan tinggi. Diskusi memperkaya! Beliau menggaris bawahi diskusi diskusi yang dia ikuti dan keputusannya untuk berbaris di garda depan untuk menyuarakan pendapatnya sebagai Mahasiswa. Beberapa kali Bapak Ari mengulangi pemaparan Claudia, bahwa pengembangan diri adalah proses yang terjadi seumur hidup. Untuk dapat mencapai tujuannya membantu sesama dan mempertahankan idealismenya, dia menempuh puluhan tahun proses.
Bapak Ari Juliano memberitahukan pada peserta, bagaimana dia memutar otak untuk menemukan, bidang apa yang sangat harus dia kuasai, hingga dari 100 orang yang memiliki kualitas yang sama, dia dapat menonjol. Dia menjatuhkan pilihan pada Hak Kekayaan Intelektual. Pada awal dia memulai karir sebagai lawyer, bidang tersebut kurang diminati. Tapi dari hasil diskusi, semakin mantablah dia bahwa walaupun belum banyak yang menaruh minat pada bidang tersebut, dia dapat menjadi Top Mind Of Hukum Kekayaan Intelektual.
Media sosial dan platform blog menjadi penyokong utamanya untuk dapat dikenal. Beliau memang tidak mendalami HKI pada masa kuliahnya, tapi dengan kerja keras beliau mempelajari HKI sambil berkarir, secara berkala dapat memposting pengetahuannya di platform blog. Twitter juga menjembatani pengetahuan itu untuk sampai di masyarakat. Followersnya mulai menanyakan dan menyatakan ketertarikan mereka terhadap HKI. Kedua media tersebut kemudian menjembatani tukar-menukar ilmu yang pada awalnya hanya terjadi secara virtual menjadi away from keyboard.
Konsistensi membawa Bapak Ari, dari seorang yang introverted menjadi orang yang dikenal karena ciri khasnya. “Kalau mau cari lawyer HKI, Pak Ari aja”, kenangnya. Konsistensi yang sama telah mengantarkan beliau untuk menghadiri banyak forum internasional dari creative commons Indonesia, walaupun beliau mengaku tidak pawai berbahasa Inggris. Bahkan mengantarkan beliau untuk kembali sekolah. Tidak hanya itu, brand yang dia ciptakan juga sampai terdengar oleh presiden Joko Widodo. Hingga sekarang beliau menjadi Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif RI.
Banyak orang berpendapat bahwa Bapak Ari terlalu muda untuk posisinya sekarang. Biasanya Deputi berumur 40-45 tahun, tapi beliau saat ini masih 39 tahun. Menurut beliau, ini tidak sepenuhnya benar. Karena beliau berproses selama 20 tahun untuk mengembangkan dirinya dan menciptakan brand untuk dirinya sendiri. Dan 20 tahun tersebut semuanya ia latih, dengan tanpa istirahat. Find what you love, jangan hanya ikuti arus, kerjakan dengan hati, pikiran dan raga, dan serahkan hasil pada Tuhan.
Menarik ketika membicarakan passion atau karir, hal itu juga topik yang dipicu oleh pertanyaan peserta. Apakah ada keraguan, untuk memulai passion ketika sedang meniti karir. Pertanyaan ini diajukan pada Claudia, yang pada saat memulai menjadi Youtuber ketika sedang intern. “Everyone starts from zero”, jawab Claudia. Kepercayaan diri sangat diperlukan untuk berhadapan dengan keraguan, terutama saat merasa bahwa kita sendiri pada saat memulai. Riset, komitmen dan branding diperlukan untuk menjadikan kepercayaan diri tersebut menjadi suatu proses. Bapak Ari menambahkan, bahwa pada saat memulai kita harus tetap memberikan penghormatan terbaik dengan memberikan performa terbaik pada siapapun yang memberikan kita kesempatan.
Acara kemudian dilanjukan dengan sesi tanya jawab dan practice session, dimana peserta diajak untuk menuliskan langkah langkah stepnya dengan menggunakan satu kalimat utuh dengana struktur 5w+1h. Langkah-langkah yang dituliskan haruslah lengkap dan spesifik, dan apabila memungkinkan menuliskan pula sarana yang dapat dijangkau atau sarana yang memungkinkan untuk dijangkau dikemudian hari, tentu saja hal ini haruslah relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Rumus ini membantu kita untuk mengetahui strategi kita untuk mengembangkan diri dan menggapai impian yang kita tuju. Sesi diakhiri dengan presentasi tiga dari peserta.
SDC ditutup dengan atmosfir yang optimistik dan bersemangat. Para peserta sangat antusias dan saling melihat kalimat yang telah mereka buat. Kemudian, sesi foto terasa sangat hangat dan akrab. Selera humor dari Bapak Ari dan karisma dari Claudia berhasil mengantarkan para peserta menjadi fokus dan dekat dengan para pembicara. Sehingga, tidak hanya ilmu yang didapatkan, para peserta juga mendapatkan suatu hiburan dan harapan baru dalam berkarya.
Acara ini dilandasi akan visi misi LEO Club Jakarta Kota untuk mengembangkan kemampuan anggota-anggotanya, dan lebih dari itu berbagi kesempatan itu kepada pemuda pemuda lainnya. Oleh karena itu, kelas kelas diadakan dengan menghadirkan narasumber yang inspiratif dan expert pada bidangnya. Self Development Class (akan disebut SDC) pertama kali diadakan bersamaan dengan pelantikan anggota baru LEO CLUB Jakarta Kota. Melihat manfaat yang didapatkan oleh anggota, kami mendesain SDC yang kedua dengan skala yang lebih luas, tidak hanya diikuti oleh anggota tapi juga terbuka untuk umum, khususnya pemuda.
Mengusung tema “Self-Branding“, LEO Self Development Class kedua ini diadakan pada hari Minggu, 25 Februari 2018 di Neo Mangga Dua Hotel, Jakarta Utara. Dewasa ini dunia menjadi semakin kompetitif, oleh karena itu pemuda harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki pasar kerja dengan membuat brand/image dirinya sendiri. Karena itu, LEO ClubJakarta mengundang Bapak Ari Juliano Gema, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif RI dan Claudia Setyohadi, Social Media Influencer dan Beauty Blogger.
Setelah dibuka oleh Leo Diannisa Putri Intan, selaku President LEO Club Jakarta Kota dan Leo Salsabila Siliwangi Surtiwa, selaku Head Commitee, pembicara pertama memberi paparan mengenai Self-Development. Claudia Setyohadi memaparkan bahwa Self-development adalah suatu proses yang terjadi selama hidup, selalu berjalan dan tidak selalu terpatok pada jenjang pendidikan. Usaha untuk mencapai potensial paling prima memang adalah salah satu bentuk kebutuhan dasar manusia, menurut Moslow. Tapi hal itu tidak dapat dicapai secara instan. Claudia melanjutkan dengan memberikan beberapa tips mengenai bagaimana cara kita memenejemen perkembangan kita.
“Set goals.”, kata Claudia dengan mantab. Mengetahui tujuan kita akan sangat membantu dalam mengembangkan diri kita, ketauhi secara pasti alasan dari tujuan itu dan tahu kapan tujuan itu harus tercapai. Jangka waktu sangatlah penting untuk memonitor posisi diri kita pada tujuan yang akan kita capai dengan target proses perkembangan diri kita. Ketika kita sudah merencanakan, kemudian haruslah kita menentukan cara cara untuk membuat tujuan itu menjadi kenyataan. Salah satunya dengan mengakui pada diri kita sendiri bahwa kita memiliki kelemahan yang harus kita hadapi, dan tetap fokus bekerja keras. Kemudian, tentukanlah standart-standart, baik itu standar untuk sekarang dan standar yang harus diraih. Standar tersebut tidak harus akademis, tapi juga dapat berupa softskill. Ini akan sangat membantu untuk menggali lebih dalam versi yang lebih baik dari tiap tiap individu.
Tentukan skala prioritas dari tiap-tiap area, dari yang dibutuhkan hingga yang penting dilakukan. Saingan di bursa pekerjaan semakin ketat menjadi semakin penting bagi kita untuk menemukan kekhasan yang kita miliki. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan demi menunjang perkembangan diri kita. Misalnya untuk mendapat nilai yang lebih baik dalam ujian, dapat saja kita membentuk kelas belajar atau hal hal kecil lainnya.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Bapak Ari Juliano Gema. Beliau menyampaikan materi “Self-Branding” sambil bernostalgia mengenai perjalanan beliau, yang merupakan siswa yang introvert, menjadi salah satu Top Mind of Hukum Kekayaan Intelektual. Kehidupan Sekolah Menengah mengubah gaya hidupnya. Pada awalnya, beliau adalah siswa yang lebih suka diam. Titik balik tersebut diawali dengan kewajiban siswa di Sekolah Menengah Atas Taruna Nusantara untuk aktif pada kegiatan setelah kelas selesai. “Bayangkan, siswa introverted mengambil ektrakulikuler menari!”, ungkapnya sambil memperlihatkan foto yang sudah mulai pudar.
Beliau mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi dirinya sebebas bebasnya pada jenjang perguruan tinggi. Diskusi memperkaya! Beliau menggaris bawahi diskusi diskusi yang dia ikuti dan keputusannya untuk berbaris di garda depan untuk menyuarakan pendapatnya sebagai Mahasiswa. Beberapa kali Bapak Ari mengulangi pemaparan Claudia, bahwa pengembangan diri adalah proses yang terjadi seumur hidup. Untuk dapat mencapai tujuannya membantu sesama dan mempertahankan idealismenya, dia menempuh puluhan tahun proses.
Bapak Ari Juliano memberitahukan pada peserta, bagaimana dia memutar otak untuk menemukan, bidang apa yang sangat harus dia kuasai, hingga dari 100 orang yang memiliki kualitas yang sama, dia dapat menonjol. Dia menjatuhkan pilihan pada Hak Kekayaan Intelektual. Pada awal dia memulai karir sebagai lawyer, bidang tersebut kurang diminati. Tapi dari hasil diskusi, semakin mantablah dia bahwa walaupun belum banyak yang menaruh minat pada bidang tersebut, dia dapat menjadi Top Mind Of Hukum Kekayaan Intelektual.
Media sosial dan platform blog menjadi penyokong utamanya untuk dapat dikenal. Beliau memang tidak mendalami HKI pada masa kuliahnya, tapi dengan kerja keras beliau mempelajari HKI sambil berkarir, secara berkala dapat memposting pengetahuannya di platform blog. Twitter juga menjembatani pengetahuan itu untuk sampai di masyarakat. Followersnya mulai menanyakan dan menyatakan ketertarikan mereka terhadap HKI. Kedua media tersebut kemudian menjembatani tukar-menukar ilmu yang pada awalnya hanya terjadi secara virtual menjadi away from keyboard.
Konsistensi membawa Bapak Ari, dari seorang yang introverted menjadi orang yang dikenal karena ciri khasnya. “Kalau mau cari lawyer HKI, Pak Ari aja”, kenangnya. Konsistensi yang sama telah mengantarkan beliau untuk menghadiri banyak forum internasional dari creative commons Indonesia, walaupun beliau mengaku tidak pawai berbahasa Inggris. Bahkan mengantarkan beliau untuk kembali sekolah. Tidak hanya itu, brand yang dia ciptakan juga sampai terdengar oleh presiden Joko Widodo. Hingga sekarang beliau menjadi Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif RI.
Banyak orang berpendapat bahwa Bapak Ari terlalu muda untuk posisinya sekarang. Biasanya Deputi berumur 40-45 tahun, tapi beliau saat ini masih 39 tahun. Menurut beliau, ini tidak sepenuhnya benar. Karena beliau berproses selama 20 tahun untuk mengembangkan dirinya dan menciptakan brand untuk dirinya sendiri. Dan 20 tahun tersebut semuanya ia latih, dengan tanpa istirahat. Find what you love, jangan hanya ikuti arus, kerjakan dengan hati, pikiran dan raga, dan serahkan hasil pada Tuhan.
Menarik ketika membicarakan passion atau karir, hal itu juga topik yang dipicu oleh pertanyaan peserta. Apakah ada keraguan, untuk memulai passion ketika sedang meniti karir. Pertanyaan ini diajukan pada Claudia, yang pada saat memulai menjadi Youtuber ketika sedang intern. “Everyone starts from zero”, jawab Claudia. Kepercayaan diri sangat diperlukan untuk berhadapan dengan keraguan, terutama saat merasa bahwa kita sendiri pada saat memulai. Riset, komitmen dan branding diperlukan untuk menjadikan kepercayaan diri tersebut menjadi suatu proses. Bapak Ari menambahkan, bahwa pada saat memulai kita harus tetap memberikan penghormatan terbaik dengan memberikan performa terbaik pada siapapun yang memberikan kita kesempatan.
Acara kemudian dilanjukan dengan sesi tanya jawab dan practice session, dimana peserta diajak untuk menuliskan langkah langkah stepnya dengan menggunakan satu kalimat utuh dengana struktur 5w+1h. Langkah-langkah yang dituliskan haruslah lengkap dan spesifik, dan apabila memungkinkan menuliskan pula sarana yang dapat dijangkau atau sarana yang memungkinkan untuk dijangkau dikemudian hari, tentu saja hal ini haruslah relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Rumus ini membantu kita untuk mengetahui strategi kita untuk mengembangkan diri dan menggapai impian yang kita tuju. Sesi diakhiri dengan presentasi tiga dari peserta.
SDC ditutup dengan atmosfir yang optimistik dan bersemangat. Para peserta sangat antusias dan saling melihat kalimat yang telah mereka buat. Kemudian, sesi foto terasa sangat hangat dan akrab. Selera humor dari Bapak Ari dan karisma dari Claudia berhasil mengantarkan para peserta menjadi fokus dan dekat dengan para pembicara. Sehingga, tidak hanya ilmu yang didapatkan, para peserta juga mendapatkan suatu hiburan dan harapan baru dalam berkarya.